D3 Perbankan Syariah: MSI

Ads

Showing posts with label MSI. Show all posts
Showing posts with label MSI. Show all posts
Wednesday, 13 March 2013

Silabus PBS C,D,E Metode Studi Islam (MSI) - 2011

Pokok Bahasan

1. Pengantar Metodologi Studi Islam
a. Pengertian Metode, Metodologi, Paradigma dan Pendekatan
b. Pengertian Studi Islam
c. Ruang Lingkup Studi Islam
d. Pengertian Metodologi Studi Islam
e. Urgensi Mempelajari Metodologi Studi Islam
f. Memahami Islam Secara Komprehensif
g. . Aspek-aspek Sasaran Studi Islam
h. Pertumbuhan dan PerkembanganStudi Islam Masa Klasik
i. Pertumbuhan dan PerkembanganStudi Islam Masa Pertengahan
j. Pertumbuhan dan PerkembanganStudi Islam Masa Kekinian

2. Beberapa Prinsip Dasar Epistemologi Islam
a. Pengertian Epistemologi dan Islam
b. Sumber Pengetahuan (Wahyu, Akal dan Rasa)
c. Hubungan antara Wahyu, Akal dan Rasa
c. Kriteria Kebenaran dalam Epistimologi Islam
d. Peranan dan Fungsi Pengetahuan Islam

3. Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama
a. Pengertian manusia secara umum
b. Pengertian manusia dalam Al-Qur’an
c. Perbedaan manusia dengan Makhluk lain
d. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
e. Fungsi Agama dalam Kehidupan
f. Rasa Ingin Tahu Manusia (Human Quest for Knowledge)
g. Doktrin Kepercayaan Agama

4. Sumber dan Karakteristik Islam
a. Sumber Ajaran Islam: Primer 
b. Sumber Ajaran Islam Sekunder
c. Hubungan Antara Sumber Ajaran Islam Primer dan Sekunder 
d. Sifat Dasar Ajaran Islam
e. Islam Normatif
f. Islam Aktual
g.  Karakter Islam dalam Normativitas 
h.  Karakter  Islam dalam Historisitas
i. Moralitas Islam: Ibadah, Pendidikan, Ilmu dan Sosial
j. Islam dan Wacana Pembaharuan
k. Qath’i dan dzanni dalam Islam

5. Islam Sebagai Agama Wahyu Al-Qur’an
a. Pengertian Wahyu Al-Qur’an
b. Fungsi Al-Qur’an
c. Pengertian Hadis
d, Fungsi Hadis
e. Pengertian Ijma’
f. Fungsi Ijma’
g. Pengertian Qiyas
h. Fungsi Qiyas
g. Hubungan Al-Qur’an dengan Hadits, Ijma’ dan Qiyas
h.. Pendekatan Pokok dalam Studi Al-Qur’an

6. Islam Sebagai Produk Budaya
a. Kebudayaan: Pengertian, Unsur dan Fungsi
b. Kelahiran Islam dan Sentuhan Budaya Arab-Pra Islam
c. Islam Antara Gejala Sosial
d. Islam Sebagai Budaya
e. Pendekatan Pokok dalam Studi Budaya

7. Islam Sebagai Pengetahuan Ilmiah
a. Arti dan Perbedaan antara Pengetahuan, Ilmu, dan Filsafat
b. Metode Ilmiah dan Struktur Pengetahuan Ilmiah
c. Klasifikasi Pengetahuan Ilmu Alam, 
d. Klasifikasi Ilmu Sosial 
e. Klasifikasi Ilmu  Humaniora
d. Pendekatan Pokok Studi Ilmiah: Interdisiplin dan Multidisiplin

8. Beberapa Pendekatan Studi Islam
a. Pendekatan Normatif
b. Pendekatan Antropologis
c. Pendekatan Sosiologis
d. Pendekatan Teologis
e. Pendekatan Fenomenologis
f. Pendekatan Filosofis
g. Pendekatan Historis
h. Pendekatan Politis
i. Pendekatan Psikologis
j. Pendekatan Interdisipliner
k. Pendekatan Hermeneutika

9. Aneka Metodologi Memahami Islam
a. Metodologi Ulumul Tafsir 
b. Metodologi Ulumul Hadits
c. Metodologi Ilmu Kalam (Teologi)
d. Metodologi Filsafat dan Teologi (Kalam)
f. Metodologi Tasawwuf dan Mistis Islam
g. Metodologi Kajian Fiqh dan Kaidah Ushuliyah 
h. Metodologi Pemikiran Modern 
i. Metodologi Pendidikan Islam 
j. Metodologi Tekstualitas
k. Metodologi Kontekstualitas 
l. Metodologi Muqaranah Madzhab
m. Model-Model Studi Islam
n. Aplikasi Model-model Studi Islam di Era Kontemporer

10. Dimensi Aliran Pemikiran Islam
a. Dimensi Islam, Iman dan Ihsan
b. Munculnya Aliran Pemikiran Islam
c. Aliran Teologi (Kalam)
d. Aliran Fiqh
e. Aliran Tasawwuf

11. Model Penelitian Keagamaan
a. Arti Penelitian Agama
b. Penelitian Agama dan Penelitian Keagamaan
c. Konstruksi Teori Penelitian Keagamaan
d. Model-model Penelitian Keagamaan
e. Aplikasi Model-Model Penelitian Keagamaan dalam Dunia Islam

12. Perbandingan dalam Studi Islam
a. Arti Perbandingan Agama
b. Islam dan Perbandingan Agama Lain
c. Faktor Perbedaan dan Kesamaan Keyakinan Agama
d. Problem Perbandingan Agama
e. Prospek Perbandingan Studi Islam

13. Studi Kawasan Islam
a. Arti dan Asal-Usul Studi Kawasan Islam
b. Orientalisme: Melihat Islam Kritis
c. Latar belakang Munculnya  Orientalisme
d. Dogma dan tujuan Orientalisme
e. Pro Kontra terhadap Orientalisme
f. Beberapa Contoh Orientalis
g. Studi Islam para Orientalis
h. Oksidentalisme: Menjawab Islam Sejati
i. Dunia Islam sebagai Objek Studi Antara Timur dan Barat
j. Problem dan Prospek Pendekatan Studi Kawasan

14. Islam dan Gagasan Universal
a. Islam dan Globalisasi 
b. Modernisme dan Puritanisme Islam 
c. Gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme Islam 
d. Islam Eksklusif 
e. Islam Inklusif
f.. Islamisasi Sains
g. Pluralisme Agama-Agama

15. Dinamika Islam Kontemporer
a. Post Modernisme Islam
b. Neomodernisme Islam 
c. Islam Liberal
d. Islam Kultural dan Islam Struktural
e. Postradisionalisme Islam
f. Jihad
g. Terorisme
h. Hubungan Jihad dan terorisme
i. Pandangan Islam tentang Terorisme


E. Referensi Pokok

• Abd. Rachman Assegaf, Studi Islam Kontekstual.
• Abdur Razak, Cara memahami Islam.
• Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Logos, 1998.
• Ahmad Abdul Hamid Ghurab, Menyingkap Tabir Orientalisme, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1993.
• Ahmad Norma Permata, Metodologi Studi Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
• Ahmad Sahidin, Aliran-Aliran dalam Islam, Bandung: Salamadani, 2009.
• Alfatun Muchtar. Tunduk Kepada Allah: Fungsi dan Peran Agama dalam Kehidupan Manusia.
• Ali Syari’ati, Sosiologi Islam.
• Alwi Sihab, Islam Inklusif; Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, Bandung, Mizan 1999.
• Amin Abdullah, Studi Agama;Normatifitas dan Historisitas
• Atang Abd Hakim & Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam: Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet XI, 2009.
• Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta : Logos, 1999.
• Carl Brokelman, History of the Islamic People, London, Routledge & Keagen Paul Limited, 1949.
• Fazlur Rahman, Islam 
• Harun Nasutian, Pembaruan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1973.
• Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
• Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Beberapa Aspek, Jakarta: Bulan Bintang, 1985.
• M. Amin Abdullah, Islamic Studies. Pustaka Pekajar: Yogyakarta
• M. Amin Abdullah, Studi Agama: Normatifitas atau Historisitas?, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
• M. Atho’ Mudzhar, Pendekatan Studi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.
• M. Dede Ridwan, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Tinjauan Antardisiplin Ilmu.
• Marsahl G. Hudgson, The Ventura or Islam, Vol.III, New York, The Unwim University Chicago Press, 1974.
• Maryam Jamilah, Islam dan Orientalisme, Sebuah Kajian Analitik, Terj. Machnun Husein, Jakarta: Rajawalipers, 1994.
• Maulana Muhammad Ali, Islamologi, Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1980
• Muh. Nur Hakim, Metodologi Studi Islam
• Muhaimin et., Dimensi-Dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Abditama, 1994.
• Muhammad Atho` Muzhar, Metode Pendekatan dalam Studi Islam.
• Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam 
• Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1991.
• Mulyanto Sumardi, (ed.), Penelitian Agama Masalah dan Pemikiran, Jakarta: Sinar Harapan, 1981.
• Munawi Sadzali, Islam dan Tatanegara 
• Muyoo Sumardi, Penelitian Agama Masalah dan Pemikiran 
• Narudin Razak, Dienul Islam, Bandung, PT. Ma’arif,1996
• Nasikun, Pokok-pokok Agama Islam.
• Nurcholis Majid, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,1992.
• Peter Connolly (Ed), Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta: LKiS, cet II, 2009.
• Richard C. Martin, (ED), Approaches to Islam in Religious Studies, Tucsan the University of Arizona press, 1985.
• Rustam E Taburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
• Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (ed.), Metodologi Penelitian Agama: Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991.
• W. Mongemory Watt, Pengantar Studi Al Qur’an
• Yusra Marasabessy (Kontributor), Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi, Mizan, Bandung: 1987.


F. Sistem Perkuliahan

1. Ceramah
Dosen memberikan penjelasan dalam perkuliahan ketika membuka mata kuliah dan klarifikasi persoalan dalam perjalanan diskusi kelas.

2. Presentasi
Semua mahasiswa wajib mempresentasikan makalah yang dibuat secara individu. Presentasi dilakukan secara berkelompok sesuai dengan urutan pokok bahasan mata kuliah. Dalam presentasi makalah menggunakan alat bantu LCD dengan menyajikan presentasi power point (minimal 5 halaman) yang menayangkan point-point makalah. Khusus untuk slide power point dapat dibuat oleh perwakilan kelompok.

3. Resitasi (Tugas)
Tugas Individu I
• Membuat makalah dengan format tema sesuai daftar bab dalam silabus (minimal 10 halaman font times new roman spasi 1,5 dengan menggunakan 5 buku referensi)—disertai dengan halaman sampul dan biodata singkat mahasiswa
• Semua makalah dikumpulkan maksimal pada pertemuan  minggu kedua bulan November  (presenter makalah I dan II harus sudah selesai minggu depan)
• Makalah dipresentasikan di depan kelas secara berurutan dengan memberikan bahan printout  kepada dosen dan kawan-kawan mahasiswa.
• Pada saat persentasi wajib membawa/fotocopy referensi buku./kitab yang dijadikan rujukan 
• Makalah akan dikoreksi dan jika menyimpang dari pembahasan wajib revisi (perbaikan)
• Makalah harus juga dikirim melalui internet dengan alamat e-mail: nurjanahimkan79@yahoo.co.id
• Subject email ditulis: urutan makalah-judul singkat-nama mahasiswa. Contoh: 1-Pengantar MSI-Nurul.


G. Sistem Evaluasi

Perkuliahan ini akan memberi bobot nilai pada komponen-komponen berikut:
a. Kehadiran 10%
b. Tugas Individu 10%
c. Aktifitas perkuliahan 10%
d. Ujian Tengah Semester 30%
e. Ujian Akhir Semester 40%

Perbankan Syariah STAIN Metro Materi Kuliah, MSI, Semester I
Friday, 2 November 2012

Metode Studi Islam




Pengertian metodologi studi Islam - Metodologi Studi Islam terdiri dari dua kata yaitu metodologi dan Studi Islam. Dalam bahasa Arab Metodologi Studi Islam dipahami sebagai Dirosah Islamiyah, dalam bahasa Inggris Islamic Studies, dalam istilah Jerman Islam wissenschaft. (Wissenschaft memiliki makna ganda yang utuh, sebagai ilmu (science) maupun pengetahuan (knowledge), yang tidak dijumpai padanannya dalam bahasa Inggris (Lihat R.Pumer, Religionswissenchaft or religiology, dalam numen, no. 19, 1972, 103) 

Metodologi berasal dari bahasa latin methodologia,  methodus + -logia –logy. Istilah ini pertama kali digunakan  pada tahun 1800. Metodologi dimaknai A system of broad principles or rules from which specific methods or procedures may be derived to interpret or solve different problems within the scope of a particular discipline. Unlike an algorithm, a methodology is not a formula but a set of practices. (sebagai Sebuah sistem yang luas dari prinsip atau aturan dari   metode atau prosedur yang khusus  diturunkan untuk menafsirkan atau memecahkan berbagai masalah dalam lingkup tertentu dari sebuah disiplin ilmu. Tidak seperti algoritma , metodologi bukanlah rumus tetapi satu set praktek.  Sedangkan studi Islam dipahami sebagai kajian yang bersifat ilmiah dan objektif dalam memahami tentang Islam.(http://www.businessdictionary.com/definition/methodology.html#ixzz1o06JmZQw) 
Studi Islam adalah sebuah upaya yang bersifat aspektual, polimetodis, pluralistik dan tanpa batas yang tegas. Ia bersifat aspektual dalam arti bahwa Islam harus diperlakukan sebagai salah satu aspek yang eksistensi. Sedangkan studi Islam bersifat polimetodis dalam arti bahwa berbagai metode atau disiplin yang berbeda digunakan untuk memahami Islam, oleh karena itu, orang perlu memahami Islam dengan metode sejarah, penyelidikan sosiologis, fenomenologis, dan sebagainya. Ia pluralistik karena ada banyak agama-agama dan tradisi lain disamping Islam.  

Studi Islam mulai dikembangkan oleh Mukti Ali pada akhir dekade tahun 70-an. Kajian masih bersifat stadium awal, terfokus pada persoalan praktis menyangkut penataan, pembinaan dan pengembangan hubungan antar pemeluk agama-agama di Indonesia. Memasuki dasawarsa tahun 80-an, studi agama memasuki fase baru yang segar dimana mulai muncul kajian-kajian yang secara tematik lebih variatif dan secara kualitattif lebih intensif. Situasi ini disebabkan oleh perkembangan dunia pendidikan, teknologi komunikasi dan transportasi, yang secara langsung membantu perkembangan internal kajian agama. (Ahmad Norma Permata,( ed) Metodologi Studi Agama (yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), 27)

Tujuan  mempelajari metodologi studi Islam.
Studi Islam (Islamic Studies) adalah salah satu studi yang mendapat perhatian dikalangan ilmuwan. Jika ditelusuri secara mendalam, nampak bahwa studi Islam mulai banyak dikaji oleh para peminat studi agama dan studi-studi lainnya. Dengan demikian, studi Islam layak untuk dijadikan sebagai salah satu cabang ilmu favorit. Artinya, studi Islam telah mendapat tempat dalam percaturan dunia ilmu pengetahuan.     

Islam sebagai agama ajaran-ajaran tidak hanya mencakup persoalan yang trasedental akan tetapi mencakup pula berbagai persoalan seperti  ekonomi, social, budaya, dan dimensi-dimensi lain dalam kehidupan manusia. Jika tinjau dari perkembangan Islam masa awal  telah mengalami perkembangan, terkait erat dengan persoalan-persoalan historis cultural. Perkembangan tersebut dapat diamati dari praktek-praktek keagamaan diberbagai wilayah Islam, dimana antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain berbeda-beda dalam praktek social keagamaan, sehingga benang merah yang memisahkan antara wilayah agama an sich, dan wilayah-wilayah social dan budaya yang telah menyatu dengan agama itu sendiri, menjadi tidak jelas.

Islam seperti agama-agama lainnya pada level historis empiris sarat dengan berbagai kepentingan yang menempel dalam ajaran dan batang tubuh ilmu-ilmu keagamaan itu sendiri. Campur aduk dan berkait kelindannya “agama” dengan berbagai “kepentingan” social kemasyarakatan menambah rumitnya mengatasi persoalan agama.

Perjalanan panjang sejarah Islam yang terhitung mulai dari abad 7 H sampai dengan abad ke 15 H dewasa ini, menjadikan Islam sebagai agama yang merambah keberbagai wilayah didunia, karena sesuai dengan misinya sebagai agama rahmatan lil alamin. Islam pun pernah menjadi kekuatan dan  bagian penting dalam sejarah peradaban dunia.

Salah satu persoalan mendesak untuk segera dipecahkan adalah masalah metodologi. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, kelemahan dikalangan umat Islam dalam mengkaji Islam secara komperehensif adalah tidak menguasai metodologi. Kelemahan ini semakin terasa manakala umat Islam, khususnya di indonesia, tidak menjadi produsen pemikiran akan tetapi konsumen pemikiran. Jadi kelemahan umat islam bukan terletak pada kurangnya penguasaan materi namun lebih pada cara-cara penyajian materi yang dikuasai.

Kedua, ada anggapan bahwa studi Islam dikalangan   ilmuwan telah merambah ke berbagai wilayah. Misalnya, studi Islam sudah masuk kestudi kawasan, filologi, dialog, agama, antropologi, arkeologi, dsbnya.  

Disamping itu juga, perbedaan bentuk ekspresi dan karakteristik Islam antara satu wilayah dengan yang lainnya membuka wacana mengenai hubungan antara hal-hal yang bersifat normatif dan historis dari agama. Atas dasar itu, pemahaman terhadap persoalan hubungan antara normativitas dan historisitas sangat penting dalam rangka menguraikan esensi atau substansi dari ajaran yang nota benenya sudah terlembagakan, apalagi dalam konteks saat ini.

Selain itu, untuk menghidari terjadinya pemahaman yang bersifat campur aduk, tidak dapat menunjukkan secara distingtif mana wilayah agama dan mana wilayah tradisi atau budaya. Bila pencampuradukan itu terjadi, selanjutnya tidak akan bisa dihindari munculnya pemahaman yang distortif terhadap konsep kebenaran, antara yang absolut dan relatif.
Manfaat mempelajari Metodologi Studi Islam.
  • Dengan mempelajari metodologi studi Islam akan memberikan ruang dalam pemikiran yang lebih kritis terhadap persoalan agama, sehingga tidak menganggap bahwa ajaran Islam klasik dianggap sebagai taken for granted. Hal ini didasari atas adanya  pujian paradoksal terhadap dunia Islam. Dikatakan, salah satu penyebab kegagalan Islam dewasa ini justru disebabkan oleh keberhasilannya yang gilang gemilang pada masa lalu. Baik karena keyakinan akan ajarannya yang sudah mutlak sempurna serta warisan budaya masa lalu yang amat kaya dan menakjubkan, maka seakan tidak ada lagi ruang bagi umat Islam dewasa ini untuk melakukan inovasi, yang ada adalah melakukan konservasi, revitalisasi, dan kembali kepada kaidah-kaidah lama yang dipersepsikan sebagai zaman keemasan. Kuatnya memori of the past yang kemudian menjadi semacam ideologi yang disakralkan, maka dunia Islam secara psikologis merasa memiliki dunia tersendiri. Sikap ketertutupan ini pada urutannya membatasi kita untuk bisa melihat dan menerima realita dunia baru. Bahwa dunia pada abad lalu bukanlah dunia yang kita huni hari ini.  
  • Mengimbangi alur pemikiran keagamaan yang seringkali menonjolkan warna pemikiran keagamaan yang bersifat teologis-partikularistik. Hampir semua pengamatan sosial keagamaan sepakat bahwa pemikiran teologi, seringkali membawa kearah ketersekatan’ umat. Ketersekatan dan keterkotak-kotakan yang tidak dapat terhindarkan. (Amin Abdullah, Studi Agama, Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 13) Lebih lanjut Amin Abdullah menjelaskan ada dua ciri menonjol corak pemikiran teologis. Pertama, pemikiran teologis menekankan perlunya personal commintment terhadap ajaran agama yang dipeluknya. Agama adalah persoalan hidup dan mati (ultimate concern). Pemeluk agama tertentu akan akan mempertahankan ajaran-ajaran agamanya dengan gigih hingga rela berkorban. Di sini agama erat kaitannya dengan emosi. Kedua, ‘bahasa” yang digunakan pemeluk agama adalah bahasa seorang pelaku” atau pemain” (actor) bukan bahasa pengamat atau peneliti dari luar (spectator). Karenanya kesetiaan pada agama berimplikasi menyeluruh terhadap kehidupannya (Ibid, 50)
  • Dapat mendialogkan ilmu humaniora klasik seperti Fikih, Hadits, Kalam, Ulumul Qur’an dengan ilmu-ilmu humaniora kotemporer sehingga Islam dapat dijadikan sebagai ajaran yang mampu menjadi obat mujarab dalam mengatasi masalah kekinian.
Objek Pembahasan Metodologi Studi Islam

Islam sebagai agama tidak datang ke dalam “ruangan” dan kondisi yang kosong. Islam hadir kepada suatu masyarakat yang sudah sarat dengan keyakinan, tradisi dan praktik-praktik kehidupan. Masyarakat saat itu bukan tanpa ukuran moralitas tertentu, namun sebaliknya inheren di dalam diri mereka standar nilai dan moralitas.

Kemudian Dalam perjalanan panjang Islam, Islam mengalami asimilasi, perkembangan-perkembangan akibat adanya berbagai macam pemahaman yang dikembangkan oleh para tokoh-tokoh agama, ulama, pemikir-pemikir Islam. Dalam istilah Komarudin Hidayat Wahyu  ketika dilangit bersifat maskulin (tunggal), namun ketika membumi bersifat feminis. Hal ini berarti bahwa penafsiran terhadap wahyu al-Qur’an mengalami perkembangan  tidak hanya tekstual tetapi memahami wahyu al-Qur’an secara kontekstual.

Oleh sebab itu, Obyek kajian dalam Islam tidak hanya membahas tentang persoalan trasedental namun membahas hal lain yang menyangkut persoalan-persoalan ketika agama membumi. Berikut obyek kajian dalam studi Islam :
  • Komunitas setiap tradisi memiliki suatu komunitas keagamaan (gereja, masjid, ummah) yang memiliki beragam cabang dan yang membawa umat beriman ke dalam suatu konteks global.
  • Ritual yang dapat dipahami dalam tiga aspek; penyembahan yang terus menerus, sakramen, dan upacara-upacara. Sakramen biasanya berkaitan dengan perjalanan kehidupan yang luar biasa, kelahiran, inisiasi (upacara tapabrata), perkawinan dan kematian. Upacara-upacara sering merayakan tanggal kelahiran atau peristiwa-peristiwa besar lainnya dari kehidupan tokoh-tokoh-tokoh besar seperti yesus, Musa, Muhammad, Krishna dan Budha. Aktivitas penyembahan, sangat beragam dari segi frekuensi, watak, dan signifikansinya namun seluruh agama memilikinya.
  • Etika; seluruh tradisi memiliki keinginan mengkonseptualisasikan dan membimbing kearah kehidupan yang baik, dan  semua menyepakati persoalan-persoalan dasar seperti keharusan menghindari kebohongan, mencuri, pembunuhan, membawa aib keluarga, mengingkari cinta. Tradisi-traisi monoreistik menyerukan agar mencintai manusia dan Tuhan, sedang tradisi-tradisi timur lebih cendrung menyerukan concernetis kepada alam.
  • Keterliban social dan politis; komunitas-komunitas keagamaan merasa perlu terlibat dalam masyarakat yang lebih luas untuk mempengaruhi, mereformasi, atau beradaftasi dengannya kecuali jika agama dan masyarakat saling terpisah seperti dalam agama-agama primal.
  • Kajian teks dan Kitab suci, termasuk mite atau sejarah suci dalam kitab suci atau tradisi oral yang dengannya masyarakat hidup, dengan mengenyampingkan agama-agama primal, kebanyakan tradisi memiliki kitab-kitab sebagai suatu canon (peraturan-peraturan). (Di Jerman, hingga hari ini, kajian-kajian terhadap bahasa, budaya dan agama merupakan inti dari studi Islam yang dipelajari, dan di universitas lebih dikenal sebagai Orientalische Seminar. Diantara pemula pakar bahasa Arab dari Jerman adalah Johan Jokab Reiske (1716-1774). Kajian-kajian bahasa Arab berkembang secara luas di Eropa sejak permulaan abad ke-19. Salah satu dari ahli-ahli dalam bidang ini adalah seorang sarjana Perancis A.I. Sylvestre de Sacy. Lihat Jacques Waardenburg, Studi Islam di Jerman, dalam Azim Nanji (ed),  Peta Studi Islam (Yogyakarta: Fajar Pustaka baru, 2003), 3)
  • Konsep atau doktrin
  • Estetika; dalam tingkat akar rumput di sepanjang sejarah, estetika merupakan hal yang signifikan. Ikonografi di taj mahal dan parmadani di Persia
  • Spiritualitas yang menekankan sisi dalam (batin) dari agama. (Frank Whaling, Pendekatan Teologis, dalam Peter Connoly (ed.) Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: LKIS, 1999), 321) Spritualitas Muslim dalam makna luas dengan jelas mengekpresikan dirinya dalam berbagai cara dan bentuk yang sangat berbeda, dari kesalehan yang lebih tradisional kepada bentuk-bentuk pengalaman mistik pribadi, dalam berbagai ekspresinya yang berbeda, dari pengalaman Hadis kepada puisi yang mengisyaratkan pada yang absolut. Meskipun selalu ada banyak referensi bagi ‘’isyarat-isyarat” Tuhan, isyarat-isyarat tersebut memainkan peran yang sangat berbeda dalam berbagai cara yang berbeda pula. (Lihat Jacques Waardenburg, Studi Islam dan sejarah Agama-Agama, Sebuah Evaluasi, dalam Azim Nanji (ed),  Peta Studi Islam (Yogyakarta: Fajar Pustaka baru, 2003), 308)
Perbankan Syariah STAIN Metro Materi Kuliah, MSI, Semester I

Pengertian Metode Studi Islam




I.                  PENDAHULUAN

Pada awal tahun 1970-an berbicara mengenai penelitian agama dianggap tabu. Orang akan berkata : kenapa agama yang sudah begitu mapan mau diteliti ; agama adalah wahyu Allah. Sikap serupa terjadi di Barat. Dalam pendahuluan buku Seven Theories Of Religion dikatakan, dahulu orang Eropa menolak anggapan adanya kemumgkinan meniliti agama. Sebab, antara ilmu dan nilai, antara ilmu dan agama ( kepercayaan ), tidak bisa disinkronkan.[1]
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.


II.               RUMUSAN MASALAH


1.      Apa pengertian metodologi studi islam dan ruang lingkupnya?
2.       Apa saja pendekatan-pendekatan dalam metodologi studi islam?




III.           PEMBAHASAN

  1. Pengertian metodologi studi islam dan ruang lingkupnya

1.      Pengertian metodologi
Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau lanhkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian.
Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian, penjelasan, dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan keilmuan. Hugo F. Reading mengatakan bahwa metode adalah kelogisan penelitan ilmiah, sistem tentang prosedur dan teknik riset.
Ketika metode digabungkan dengan kata logos maknanya berubah. Logos berarti “studi tentang” atau “teori tentang”. Oleh karena itu, metodologi tidak lagi sekedar kumpulan cara yang sudah diterima(well received) tetapi berupa berupa kajian tentang metode. Dalam metodologi dibicarakan kajian tentang cara kerja ilmu pengetahuan. Pendek kata, bila dalam metode tidak ada perbedaan, refleksi dan kajian atas cara kerja ilmu pengetahuan, sebaliknya dalam metodologi terbuka luas untuk mengkaji, mendebat, dan merefleksi cara kerja suatu ilmu. Maka dari itu, metodologi menjadi menjadi bagian dari sistematika filsafat, sedangkan metode tidak.[2]
Metodologi adalah ilmu cara- cara dan langkah- langkah yang tepat ( untuk menganalisa sesuatu) penjelasan serta menerapkan cara.[3]
Istilah metodologi studi islam digunakan ketika seorang ingin membahas kajian- kajian seputar ragam metode yang biasa digunakan dalam studi islam. Sebut saja misalnya kajian atas metode normative, historis, filosofis, komparatif dan lain sebagainya. Metodologi studi islam mengenal metode- metode itu sebatas teoritis. Seseorang yang mempelajarinya juga belum menggunakannya dalam praktik. Ia masih dalam tahap mempelajari secara teoritis bukan praktis.

2.      Ruang lingkup studi Islam:

Agama sebagai obyek studi minimal dapat dilihat dari segi sisi:

a.       Sebagai doktrin dari Tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolute, dan diterima apa adanya.
b.      Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
c.       Sebagai interaksi social, yaitu realitas umat Islam.
Bila islam dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi islam dapat dibatasi pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu keyakinan atas kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian didalamnya.


  1. Pendekatan-pendekatan dalam metodologi studi islam

Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif diberbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya dijadikan sekadar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekadar disampaikan dalam khotbah, melainkan secara konsepsional menunujukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah. . Adapun pendekatan yang dimaksud di sini (bukan dalam konteks penelitian), namun cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam satu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama
Diketahui bahwa islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, sejarah, perdamaian, sampai pada kehidupan rumah tangga, dan masih banyak lagi. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu. Di dalam Alqur’an yang merupakan sumber ajaran Islam, misalnya dijumpai ayat- ayat tentang proses pertumbuhan dan perkembangan anatomi tubuh manusia. Untuk menjelaskan masalah ini jelas memerlukan dukungan ilmu anatomi tubuh manusia. Selanjutnya untuk membahas ayat- ayat yang berkenaaan dengan masalah tanaman dan tumbuh- tumbuhan jelas memerlukan bantuan ilmu pertanian.

Berkenanaan dengan pemikiran diatas, maka kita perlu mengetahui dengan jelas pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam memahamai agama. Hal ini perlu dilakukan, karena melalui pendekatan tersebut kehadiran agama secara fugsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit dipahami oleh masyarakat, tidak fungsional, dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah kepada selain agama, dan hal ini tidak boleh terjadi. Untuk lebih jelasnya pendekatan tersebut dapat kita pelajari sebagai berikut:

a.          Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yamng menguasai hidupnya. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara yang terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.
Harus ditegaskan disini bahwa orang yang pertama kali menggagas sekaligus memperaktikkan sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu baru yang mandiri adalah ibn khaldun. Namun, sebagian besar sosiolog memandang kontribusi ibn khaldun begitu kecil dalam sosiologi. Mereka lebih mengakui karl max dan august comte sebagai seorang yang yang paling berjasa bagi disiplin ilmu sosiologi.[4]
Pendekatan sosiologis dibedakan dari pendekatan studi agama lainnya karena fokus perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat. Teori sosiologis tentang watak agama serta kedudukan dan signifikansinya dalam dunia sosial, mendorong di tetapkannya serangkaian kategori-kategori sosiologis, meliputi:
1.      Stratifikasi sosial, seperti kelas dan etnisitas
2.      Kategori bisosial, seperti seks, gender perkawinan, keluarga masa kanak-kanak dan usia
3.      Pola organisasi sosial, meliputi politik, produksi ekonomis, sistem-sistem pertukaran dan birokrasi.
4.      Proses sosial, seperti formasi batas, relasi intergroup, interaksi personal, penyimpangan, dan globalisasi.[5]
Dalam al-quran terdapat tuntunan yang banyak membicarakan realitas tertinggi yang menunjukan bahwa ia, secara filosofis, tidak menerima selainnya. Namun disisi lain (sosiologis), ia juga dengan sangat toleran menerima kehadiran keyakinan lain (lakum dinukum waliyaddin).[6]

b.         Pendekatan Historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang membahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut, dan lain sebagainya.[7]
Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi social kemasyarakatan. Dalam kontek ini Kuntowijaya telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal ini islam menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari Al-qur’an, ia sampai pada kesimpulan bahwa dasarnya kandungan Al-qur’an itu menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.
Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empirism dan mendunia. Dari kedaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarassan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada dalam empiris dan historis. Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena Agama itu sendiri turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.

c.          Pendekatan Antropologis
Pendekatan ini dapat diartikan sebagai salah satu upaya dalam memahamai agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui perndekatan ini agama tamapak lebih akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.
Dalam berbagai penelitian antropologi. Agama dapat ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik golongan masyarakat yang kurang mampu pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan yang mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial masyarakat. Sedangkan golongan orang yang kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.
Melalui pendekatan antropologi sosok agamayang berada pada daratan empiric akan dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul dan dirumuskan. Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama dengan berbagai pranata yang terjadi dimasyarakat.[8]

Dalam pendekatan ini kita melihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, jika ingin mengubah pandangan dan sikap etos kerja seseorang maka dapat dilakukan dengan cara mengubah pandangan keagamaan. Selanjutnya melalui pendekatan antropologis ini, kita dapat melihat agama dalam hubungannya dengan mekanisme pengorganisasian.
Salah satu konsep kunci terpenting dalam antropologi adalah modern adalah holisme, yakni pandangan bahwa prakyik-praktik sosial harus diteliti dalam konteks dan secara esensial dilihat sebagai praktik yang berkaitan dengan yang lain dalam masyarakat yang sedang diteliti. Para antropologis harus melihat agama dan praktik-praktik pertanian, kekeluargaan dan politik, magic dan pengobatan (secara bersama-sama maka agama tidak bisa dilihat sebagai system otonom yang tidak terpengaruh oleh praktik-praktik sosial lainnya.[9]

d.            Pendekatan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah jiwa yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku seseorang yang tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Ilmu jiwa agama sebagaimana yang dikemukakan Zakiah Daradjat, tidak akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam perilaku penganutnya.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan uasianya. Dengan ilmu agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.
Label “psikologi agama” seolah menunjukan bahwa bidang ini merupakan cabang psikologi yang concern dengan subjek agama, sejajar dengan psikologi pendidkan, atau psikologi olahraga, atau psikologi klinis. Akan tetapi kenyataanya, psikologi agama berada di bagian luar mainstream psikologi.[10]



IV.           KESIMPULAN
Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau lanhkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
      Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian, penjelasan, dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan keilmuan. Hugo F. Reading mengatakan bahwa metode adalah kelogisan penelitan ilmiah, sistem tentang prosedur dan teknik riset.
Pendektan antropolgi sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karna dalam ajaran agama terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan lewat bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya.
Sejarah atau histories adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut.

















DAFTAR PUSTAKA


Atho Mudzahar, Pendekatan Studi Islam, yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2007
Fanani , Muhyar, Metode Studi Islam, aplikasi sosiologi pengetahuan sebagai cara pandang,( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)
Partanto, Pios A M. dahlan al barry, Kamus Ilmiyah Populer, (Surabaya : penerbit arkola, 1994
Conolly , Peter, Aneka pendekatan studi agama, (Yogyakarta: Lkis, 2002).
Atang, abd.hakim & Jaih Mubarok. Metode studi islam.(Bandung: remaja rosdakarya 2009).
Kimia,tadris, Metodologi Studi Islam 2008. (Semarang : takimia production,2010
Nata, abbudin, metode studi islam,( Jakarta: Raja grafindo persada 2004


[1] . Atho Mudzahar, Pendekatan Studi Islam, yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2007.hlm .11
[2] Muhyar Fanani, Metode Studi Islam, aplikasi sosiologi pengetahuan sebagai cara pandang,( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008) hlm.ix.
[3] Pios A partanto M. dahlan al barry, Kamus Ilmiyah Populer, (Surabaya : penerbit arkola, 1994)hlm.462
[4] Ibid  hlm.20
[5]Peter Conolly,  aneka pendekatan studi agama, (Yogyakarta: Lkis, 2002).hlm 283
[6] Atang  abd.hakim & DR. Jaih Mubarok. Metode studi islam.(Bandung: remaja rosdakarya 2009).hlm 5
[7] Tadris Kimia 2008, Metodologi Studi Islam. (Semarang : takimia production,2010) hlm. 96
[8] Abbudin  nata, metode studi islam,( Jakarta: Raja grafindo persada 2004) hlm.391
[9] Ibid, hlm.34
[10] Ibid. hlm.191
Perbankan Syariah STAIN Metro Materi Kuliah, MSI, Semester I

Klik Like yaaa..?